Tingkatan RUH

TENTANG TINGKATAN RUH
Oleh : Hadrian Nataprawira

Beberapa tingkatan ruh atau tingkatan cahaya manusia untuk memahami isi Al Quran antara lain adalah sebagai berikut :
Pertama, RUH INDERAWI
Yaitu ruh yang dapat menyadap segala sesuatu yang ditransfer oleh panca indera. Ruh ini adalah ruh dasar makhluk hidup.

Kedua, RUH KHAYALI
Yaitu ruh yang merekam informasi yang disampaikan oleh panca indera, kemudian menyimpannya, selanjutnya dikirim ke ruh akal disaat ia memerlukannya.

Ketiga, RUH AQLI
Yaitu ruh yang dapat menyadap makna makna diluar indera dan khayal. Ruh ini merupakan substansi manusiawi yang tidak dimiliki oleh hewan, bayi atau anak kecil. ruh akal ini mempunyai daya sadap pengetahuan pengetahuan yang bersifat dharuri (aksiomatis) dan universal.

Keempat Ruh FIKRI
yaitu ruh pemikiran yang mengambil ilmu ilmu akal murni. Dari ruh ini timbul pemikiran pemikiran dualisme (tesis dan antitesis)yang selanjutnya menumbuhkan pemikiran yang sangat berharga. Kemudian dari tesis and antitesis ini timbulah sintesis. Akan tetapi dari sintesis ini timbul lagi tesis dan antitesis. begitulah hingga membentuk dialetika yang tiada kata akhir, yang menyebabkan pengetahuan itu kian hari kian bertambah.

Kelima, RUH AL-QUDSI AN-NABAWI
yaitu ruh yang khusus dimiliki oleh para nabi dan sebagian para wali. Didalam ruh ini tersingkaplah lauh-lauh (catatan catatan) gaib. Disamping itu terbuka pula hukum hukum akhirat, pengetahuan pengetahuan tentang kerajaan langit dan bumi, bahkan terbuka pula pengetahuan pengetahuan rabbani (tentang ketuhanan) yang semua itu tidak dapat dijangkau oleh kemampuan akal dan pemikiran.

"Demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh ini dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidak mengerti tentang apakah Al Kitab itu, juga apakah iman itu. Akan tetapi Kami jadikan Al Quran itu cahaya yang Kami tunjuki siaoa yang Kami kehendaki diantara hamba hamba Kami. dan sesungguhnya kamu benar benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (Q.S 42:52)

Kita tidak boleh berhenti di alam akal, sebab dibalik alam akal masih terdapat tingkatan alam lain yang tidak dapat dijamah oleh akal. Hal ini seperti alam yang terdapat dibalik (diatas) akal tamyiz dan akal inderawi, yang berisi muatan muatan tersingkapnya keajaiban keajaiban dan keanehan keanehan yang tidak terjamah ileh akal tamyiz dan inderawi.

Maka janganlah sekali sekali beranggapan bahwa kesempurnaan itu hanyalah milik anda !!
Lihatlah mereka yang mempunyai "dzauq syi’ri" (perasaan yang halus) yang hanya dimiliki oleh orang tertentu saja. Padahal perasaan itu merupakan jenis daya sadap yang tidak dimiliki oleh setiap orang Akibatnya orang yang tidak memiliki perasaan halus ini tidak dapat memberdakan antara nada irama yang indah, teratur, rapi dengan nada yang kacau dan sumbang.
Cobalah analogikan perumpamaan ini dengan dzauq kenabian yang sangat spesifik. Dari sana berupayalah untuk menjadi orang yang dapat memahami dan memiliki ilmu pengetahuan tentang perumpamaan itu, paling tidak anda harus termasuk golongan yang mempercayai ilmu sepertinya.
"Allah akan mengangkat orang orang beriman diantara kamu dan orang orang yang mempunyai ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S 58:11)

Ilmu berada diatas iman, dan dzauq berada diatas ilmu, dan ketahuilah bahwa dzauq itu adalah "wujdan" (perasaan yang sangat halus yang timbul di hati nurani) dan ilmu itu adalah analogi. Sedangkan iman adalah semata mata penerimaan dengan cara taklid dan berbaik sangka terhadap ahli wujdan dan ahli makrifat.
Setelah memahami kelima macam ruh daiatas, ketahuilah bahwa semua itu merupakan cahaya-cahaya, sebab dengan cahaya itu segala maujudat menjadi kelihatan. Sedangkan dua diantara berbagai ruh itu, yakni ruh inderawi dan ruh khayali dimiliki juga oleh hewan. Tetapi kedua macam ruh itu, dan yang berhubungan dengan manusia adalah lebih mulia dan lebih tinggi tingkatannya. Kedua ruh itu diciptakan pada diri manusia untuk tujuan yang lebih jelas dan lebih terang. Sedangkan tujuan dari diciptakannya ruh inderawi dan ruh khayali pada binatang semata mata untuk mencari makanan.

Adapun tujuan diciptakannya kedua ruh itu dalam diri manusia adalah sebagai sistem atau metode untuk menangkap dasar dasar ilmu pengetahuan agama yang mulia, yang terdapat di alam bawah (alam dunia). Sebab, jika manusia mengenal sesuatu dengan indera nya, maka lebih jauh melalui akalnya dia dapat menangkap makna yang umum dan mutlak.